"SAYANG, ayo
kita shalat. Tuh dengar adzan telah berbunyi," ujar seorang ibu kepada
anaknya yang tengah asyik nonton televisi. "Sebentar lagi dong, ini lagi
seru-serunya," jawab sang anak. Ibu itu kemudian mendekat, "Sayang,
tidak baik menunda-nunda shalat. Ini kan haknya Allah. Ayo matikan
tivinya!" "Iya deh," jawab sang anak sambil beranjak dari tempat
duduk. Ia terlihat sangat kecewa karena harus meninggalkan televisi.
Selama di kamar
mandi, si anak terus menggerutu. "Ah..Ibu, tiap hari menggangu saja. Lagi
enak-enaknya nonton disuruh shalat. Lagi seneng- senengnya main disuruh shalat.
Lagi nyenyak tidur disuruh shalat. Harus baca Quran lah. Harus ikut pengajian
lah. Harus ini … harus itu …! Bikin pusiiiing.
SELEPAS shalat
berjamaah, anak itu bertanya dengan nada protes. "Bu, kenapa sih kita
harus shalat, harus puasa, harus baca Al-Quran, dan harus belajar? Bukankah itu
mengganggu kesenangan kita? Lagi pula, menurut saya, semua itu tidak ada
gunanya, tidak mendatangkan hasil." Si Ibu sedikit terkejut mendengar
pertanyaan itu. Ia pun terdiam beberapa saat. Ada sedikit kemarahan yang muncul
dalam hatinya. Tapi ia segera sadar bahwa yang bertanya adalah anak kecil, yang
belum tahu apa-apa selain main dan bersenang-senang.
Sang Ibu beranjak
mengambil sebuah lampu yang menempel di dinding kamar anaknya. Sesaat kemudian
ia berkata, "Anakku sayang, kamu lihat lampu ini. Ia begitu indah.
Bentuknya lonjong dengan dindingnya terbuat dari kaca yang bening. Tiap malam
engkau bisa belajar, mengerjakan PR, dan nonton televisi, salah satu sebabnya
karena diterangi lampu ini."
"Sayang, tahukah
kamu mengapa lampu ini bisa menyala?" lanjut si Ibu. "Ya, karena ada
energi listrik yang berubah jadi cahaya," jawab sang anak. "Benar
sekali jawabanmu. Lalu apa yang menyambungkan lampu ini dengan sumber listrik
tadi?" tanya si ibu lebih lanjut. Sang anak pun menjawab dengan pasti,
"Yang menyambungkan lampu dan sumber listrik adalah kabel."
"Pintar sekali kamu," timpal si Ibu memuji.
"Nah, sekarang
kamu pasti tahu, bila tidak ada kabel pasti lampu ini tidak akan nyala dan
kamar ini pasti gelap. Bila demikian, ia tidak akan ada manfaatnya lagi, dan
kamu tidak bisa belajar dan nonton tivi."
Sang Anak belum paham
mengapa ibunya menceritakan lampu itu kepadanya. "Apa maksud Ibu?"
tanyanya kemudian.
Ibu itu kembali
berkata, "Anakku sayang, Allah itu sumber cahaya dalam hidup. Kita adalah
lampunya. Ibadah yang kita lakukan menjadi kabel atau tali penghubungnya.
Ibadah dapat menghubungkan antara Allah dengan manusia, tepatnya antara Allah
dengan kita. Bila tidak mau beribadah, hidup kita akan gelap. Kita akan
tersesat dan takkan berguna sedikit pun, seperti tak bergunanya lampu yang tak
bercahaya." Ibu itu melanjutkan, "Jadi, shalat, bersedekah, membaca
Al-Quran, ataupun belajar adalah kabel yang akan menghubungkan kita dengan
Allah."
Mendengar semua itu,
sang anak tampak tertegun. Dalam hatinya timbul penyesalan akan sikapnya yang
selalu menganggap remeh ibadah. Ia pun berkata, "Kalau begitu aku tidak
akan meninggalkan shalat lagi dan akan membaca Al-Quran tanpa harus disuruh.
Bu, maafkan saya ya!"
No comments:
Post a Comment